Minggu, 02 Desember 2018

ILMU BUDAYA DASAR || TUGAS 3 Manusia & Penderitaan




Manusia dan Penderitaan

A.    Pengertian Penderitaan

   Penderitaan berasal  dari kata derita.Kata derita berasal dari bahasa Sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. penderitaan bisa bersifat lahir dan bersifat batin. Setiap manusia memiliki penderitaan yang berbeda –beda. Manusia dikatakan menderita apa bila dia memiliki masalah, depresi karena tekanan hidup, dan lain lain.
   Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat.  Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.
     Menurut agama penderitaan itu adalah teguran dari tuhan. Penderitaan ada yang ringan dan berat contoh penderitaan yang ringan adalah ketika seseorang mengalami kegagalan dalam menggapai keinginannya. Sedangkan contoh dari penderitaan berat adalah ketika seorang manusia mengalami kejadian pahit dalam hidupnya hingga ia merasa tertekan jiwanya sampai terkadang Ingin mengakhiri hidupnya.
    Penderitaan adalah termasuk realitas manusia di dunia. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan.Suatu pristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Penderitaan adalah bagian dari kehidupan.



1.       Siksaan


     Penderitaan biasanya di sebabkan oleh siksaan. Baik fisik ataupun jiwanya.Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah.Arti siksaan, siksaan berupa jasmani dan rohani bersifat psikis, kebimbangan, kesepian, ketakutan.

Siksaan Yang Sifatnya Psikis :
Ø  Kebimbangan
memiliki arti tidak dapat menetukan pilihan mana yang akan dipilih.

Ø  Kesepian
merupakan rasa sepi yang dia alami pada dirinya sendiri / jiwanya walaupun ia dalam lingkungan orang ramai.

Ø  Ketakutan
adalah sebuah sesuatu yang tidak dinginkan yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar – besarkan tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia. Penyebab seseorang merasakan ketakutan, antara lain:

·         Claustrophobia dan agrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup.
·         Gamang adalah rasa takut akan tempat yang tinggi.
·         Kegelapan adalah rasa takut bila seseorang berada di tempat gelap.
·         Kesakitan merupakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan dialami.
·         Kegagalan ketakutan dari seseotang disebabkan karena merasa bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan.


Berita terkait dengan penyiksaan :

Bocah Lelaki di Subang Korban Siksaan Ibu Tiri Alami Luka Serius
Subang - FS (7), bocah lelaki di Kabupaten Subang harus mendapat perawatan medis secara intensif. Bocah yang duduk dibangku kelas satu sekolah dasar (SD) ini mendapat siksaan dari ibu tirinya MB (30).

"Kondisi anaknya mengalami luka-luka yang cukup serius. Masih perlu perawatan," ujar Kapolres Subang AKBP M Joni kepada detikcom via sambungan telepon, Minggu (21/1/2018).

Insiden tersebut berlangsung di rumahnya di Kampung Cicadas, Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang pada Rabu (17/1) lalu. Sang ibu beralasan anak tirinya berperilaku nakal.

Polisi telah melakukan visum terhadap korban. Ditemukan luka-luka yang cukup serius pada tubuh korban.

"Di kemaluannya ada luka, lalu punggung, di pinggang juga ada lebam, lalu telinga dan perut ada luka," kata dia.

Polisi mengindikasi ada benda tajam yang digunakan sang ibu tiri dalam menyiksa anaknya itu. Namun, sambung Joni, saat dilakukan pemeriksaan, pelaku berdalih menggunakan benda tajam. (sumber : detik.com)

Saran : Sebagai Ibu sambung untuk FS seharusnya SD mengasihani anak dari suaminya, karena FS merupakan tanggung jawab FS. Tidak sepantasnya SD melakukan penyiksaan dengan alasan FS berperilaku nakal sampai menyebabkan kematian. Kondisi psikologi Ibu SD perlu diperiksa lebih dalam dan Ibu SD dapat hukuman yang setimpal atas perilakunya tersebut.



1.      Fobia


Fobia (gangguan anxietas fobik) adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarnya. Ada perbedaan "bahasa" antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi pengamat dirasa lucu jika seseorang berbadan besar, takut dengan hewan kecil seperti kecoak atau tikus. Sementara di bayangan mental seorang pengidap fobia, subjek tersebut menjadi benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun menakutkan.

Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan di mana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrem seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya.

Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber Fobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan fiksasi. Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola” respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif. Fobia merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya.

a.       Fobia sosial dan fobia spesifik

Fobia sosial dikenal juga sebagai gangguan anxietas sosial, fobia sosial adalah ketakutan akan diamati dan dipermalukan di depan publik. Hal ini bermanifestasi sebagai rasa malu dan tidak nyaman yang sangat berlebihan di situasi sosial. Hal ini mendorong orang untuk mengindari situasi sosial dan ini tidak disebabkan karena masalah fisik atau mental (seperti gagap, jerawat atau gangguan kepribadian).

Fobia spesifik ditandai oleh ketakutan yang tidak rasional akan objek atau situasi tertentu. Gangguan ini termasuk gangguan medik yang paling sering didapati, namun demikian sebagian kasus hanyalah ringan dan tidak perlu mendapatkan pengobatan. Pada fobia terjadi salah-pindah kecemasan pada barang atau keadaan yang mula-mula menimbulkan kecemasan itu. Jadi terdapat dua mekanisme pembelaan, yaitu salah-pindah dan simbolisasi. Ada banyak macam fobia yang dinamakan menurut barang atau keadaan. Apabila berhadapan dengan objek atau situasi tersebut, orang dengan fobia akan mengalami perasaan panik, berkeringat, berusaha menghindar, sulit untuk bernapas dan jantung berdebar. Sebagian besar orang dewasa yang menderita fobia menyadari bahwa ketakutannya tidak rasional dan banyak yang memilih untuk mencoba menahan perasaan anxietas yang hebat daripada mengungkapkan gangguannya.
Beberapa istilah sehubungan dengan fobia:

·         Achluophobia - ketakutan terhadap kegelapan.
·         Cenophobia - takut akan ruangan yang kosong.
·         Agoraphobia - takut pada lapangan.
·         Androphobia - ketakutan kepada laki-laki.
·         Felinophobia - takut akan kucing.
·         Arachnophobia - ketakutan pada laba-laba.
·         Hyperphobia - takut akan ketinggian.
·         Nomofobia - takut/gelisah ketika tidak memegang smartphone.
·         Astrafobia - ketakutan pada petir.
·         Arithmophobia - takut akan angka.

Berita terkait dengan fobia :

Takut Bergaul, Mungkinkah Fobia Sosial?

Kompas.com - 18/08/2016, 18:00 WIB 
Rasa cemas saat harus bertemu orang banyak, apalagi kita perlu berbicara di depan orang, memang hal yang wajar. Tetapi, jika rasa takut itu sangat kuat tanpa alasan yang jelas, mungkin Anda memiliki fobia sosial. Mereka yang memiliki fobia sosial atau gangguan kecemasan sosial ini biasanya dianggap sebagai orang yang sulit bergaul. Pada dasarnya fobia sosial timbul karena rasa takut dinilai negatif oleh orang lain. "Kita mungkin takut orang menganggap kita bodoh, tidak menarik, atau tidak kompeten," kata Anu Asnaani, Ph.D, pakar dari Universitas Pennyslvania. Ketakutan itu akan semakin buruk dengan rendahnya keterampilan sosial atau pengalaman berada di situasi sosial.

Kecemasan tersebut bahkan dapat memicu serangan panik. Orang dengan fobia sosial juga seringkali mengalami kepanikan bahkan sebelum ia berada di situasi yang ia takutkan itu. Misalnya beberapa hari atau seminggu sebelum acara itu. "Orang yang fobia sosial juga akan menghindari melakukan kegiatan dengan orang lain, termasuk bertanya atau makan di depan orang lain, bahkan memakai toilet umum," katanya. Bila dipaksakan harus tampil, ketakutan itu akan menimbulkan gejala fisik, seperti pusing, berkeringat, gemetar, sakit perut, dan diare. Anak-anak yang memiliki gangguan ini biasanya akan menangis dan tantrum.

Kemajuan teknologi informasi, menurut Asnaani, sangat membantu orang yang memiliki fobia sosial untuk menjalani hidupnya seperti orang normal, karena interaksi dengan orang banyak bisa dikurangi. Misalnya saja, saat ini sudah banyak kantor yang memperbolehkan karyawannya bekerja dari rumah, memesan makanan, atau membeli obat. Berdiskusi dengan orang lain juga bisa kita lakukan dengan mengirim pesan percakapan di ponsel.

Walau demikian, masalah baru akan muncul saat kita berusaha mengajak orang yang fobia sosial untuk berinteraksi di dunia nyata. Fobia sosial tentu saja jangan dibiarkan. Tanpa terapi untuk mengatasinya, kecemasan sosial ini akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Fobia ini juga terkait dengan berbagai gangguan mental, misalnya gangguan panik, gangguan obsesif kompulsif, dan depresi.

Saran :
Fobia itu merupakan penyakit yang bisa disembuhkan, asal pengidap fobia tersebuat mau menerima dan mau disembuhkan. Untuk fobia sosial bisa saja disebabkan oleh lingkungan yang mendukung akan fobia sosial. Misalnya saja ketika pengidap fobia sosial berada di lingkungannya, Ia menyatakan pendapat atau pendapatnya tidak dihiraukan, pengidap sosial akan berfikir bahwa dirinya tidak diperlukan. Hal itu menyebabkan pengidap fobia sosial tertekan dan mencari dunia lain (dunia diluar lingkungannya). Cara penyembuhan terbaik untuk fobia sosial adalah mengajak penderita kedalam lingkungan dan mendengarkan pendapat - pendapannya.

1.      Kekalutan Mental



Kekalutan mental merupakan suatu keadaan dimana jiwa seseorang mengalami kekacauan dan kebingungan dalam dirinya sehingga ia merasa tidak berdaya. Saat mendapat kekalutan mental berarti seseorang tersebut sedang mengalami kejatuhan mental dan tidak tahu apa yang mesti dilakukan oleh orang tersebut. Dengan mental yang jatuh tersebut tak jarang membuat orang yang mengalami kejatuhan mental menjadi tak waras lagi atau gila. Karena itu orang yang mengalami kejatuhan atau kekalutan mental seharusnya mendapat dukungan moril dari orang-orang dekat di sekitarnya seperti orangtua, keluarga atau bahkan teman-teman dekat atau teman-teman pergaulannya. Hal tersebut dibutuhkan agar orang tersebut mendapat semangat lagi dalam hidup.

a.       Gejala-gejala permulaan pada orang yang mengalami kekalutan mental adalah:

1.      Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
2.      Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
3.      Selalu iri hati dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan, dikejar-kejar sehingga dia menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan atau melakukan detruksi diri dan bunuh diri.
4.      Komunikasi sosial putus dan ada yang disorientasi sosial.
5.      Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, ( orang-orang melankolis).
6.      Terjadinya konflik sosial – budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara dirinya dengan lingkungan masyarakat.

b.      Sebab-sebab Timbulnya Kekalutan Mental

·         Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna.
·         Terjadinya konflik sosial-budaya akibat adanya norma yang berbeda antara yang bersangkutan dan yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi.
·         Cara pematangan bathin yang salah dengan memberikan reaksi berlebihan terhadap kehidupan sosial; overacting sebagai overkompensasi dan tampak emosional.

c.       Tahap – tahap gangguan jiwa :

1.      Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninya.
2.      Usaha mempertahankan diri dengan cam negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara benahan dirinya salah; pada orang yang tidak menderita gantran kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dan persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
3.      Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan.
4.      Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan.
5.      Dipicu oleh faktor psychoeducational. Faktor ini terjadi karena adanya kesalahan dalam proses pendidikan anak sejak kecil, mekanisme diri dalam memecahkan masalah. Konflik-konflik di masa kecil yang tidak terselesaikan, perkembangan yang terhambat serta tiap fase perkembangan yang tidak mampu dicapai secara optimal dapat memicu gangguan jiwa yang lebih parah.
6.      Faktor sosial atau lingkungan juga dapat berperan bagi timbulnya gangguan jiwa, misalnya budaya, kepadatan populasi hingga peperangan. Jika lingkungan sosial baik, sehat tidak mendukung untuk mengalami gangguan jiwa maka seorang anak tidak akan terkena gangguan jiwa. Demikian pula sebaliknya. Gangguan jiwa tidak dapat menular, tetapi mempunyai kemungkinan dapat menurun dari orang tuanya. Namun hal ini tidak berlaku secara absolut.

d.      Proses – proses kekalutan mental:

·         Positif, bila trauma (luka jiwa) yang dialami seseorang, akan disikapi untuk mengambil hikmah dari kesulitan yang dihadapinya, setelah mencari jalan keluar maksimal, tetapi belum mendapatkannya tetapi dikembalikan kepada sang pencipta yaitu Allah SWT, dan bertekad untuk tidak terulang kembali dilain waktu.

·         Negatif, bila trauma yang dialami tidak dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang dicita-citakan. Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin. Sedangkan perjuangan merupakan usaha manusia untuk keluar dari penderitaan.

Berita terkait tentang kekalutan mental :


Slenderman, Makhluk yang Buat Dua Remaja Gangguan Mental Lakukan Usaha Pembunuhan

Liputan6.com, Jakarta Kisah ini menunjukkan bahwa cerita-cerita horor yang beredar di internet ternyata mampu mempengaruhi psikologis. Salah satunya adalah tentang Slenderman yang "memengaruhi" dua orang remaja yang menderita gangguan mental.
Pada 2014, seorang gadis 12 tahun asal Wisconsin merangkak keluar dari hutan dengan berlumuran darah. Dia mengatakan pada seorang pengendara sepeda bahwa dia diserang dua orang temannya yang menderita gangguan mental.

Morgan Geyser dan Anissa Weier yang berumur sama dengan korban mengungkapkan pada polisi alasan mereka membawa Payton Leutner ke dalam hutan setelah menginap dan menikamnya 19 kali. Mereka ingin menyenangkan seorang "pria" yang disebut Slenderman.

Keduanya didakwa dengan percobaan pembunuhan dan pada Desember 2017, mereka dihukum sangat lama di sebuah rumah sakit kesehatan mental. Kasus ini menjadi sorotan publik, mengangkat kembali tentang masalah gangguan mental, sekaligus membuat orang bertanya-tanya, siapa atau apa itu Slender Man? 

Cerita Slenderman yang membuat dua gadis dengan gangguan mental lakukan usaha pembunuhan (Wikia)
Melansir Los Angeles Times pada Senin (16/7/2018), Slender Man atau Slenderman, adalah sebuah karakter fiksi yang tinggi, jangkung, dan tanpa wajah yang lahir dari sebuah tantangan Photoshop tahun 2009 di forum-forum internet.

Tantangannya yaitu dengan mengambil foto-foto normal untuk ditambahkan dengan tema paranormal seperti hantu ke dalamnya, serta membuatnya menjadi lebih nyata. Eric Knudsen, salah seorang pengguna forum mengunggah gambar hitam-putih yang menunjukkan Slender Man dengan anak-anak tak bernama.

Selain itu, dia menambahkan tulisan: "Kami tidak ingin pergi, kami tidak ingin membunuh mereka, tetapi keheningan yang terus menerus dan lengannya yang terulur membuat ngeri dan menghibur kami di saat yang sama,"- 1983, fotografer tak dikenal diduga tewas.

Kemudian dia menyertakan beberapa foto lainnya yang di dalamnya terdapat makhluk itu, bahkan sempat menyertakan surat dokter palsu dan cerita adanya 33 pasien yang hilang dari sebuah rumah sakit jiwa. Sejak itulah, daya tarik makhluk misterius itu berkembang. Bahkan, beberapa orang yang percaya menganggap Slender Man nyata.

Morgan Geyser dan Anissa Weier mengaku membunuh demi Slenderman ( Waukesha County Police Department)
Diketahui, dua pelaku yang mengatasnamakan Slender Man itu memiliki gangguan mental. Geyser telah lama didiagnosis skizofrenia sementara Weier menderita apa yang dikenal sebagai gangguan delusional bersama.
Slender Man dikatakan akan membunuh mereka atau keluarganya jika keduanya tidak menyerang Leutner. "Ini terdengar gila, karena memang begitu," kata pengacara Weier, Maura McMahon pada pengadilan saat itu. "Makhluk ini nyata bagi anak-anak ini dan dia perlu melindungi orang-orang di sekitarnya. Di usia 12 tahun, dia tidak memiliki cara untuk melindungi dirinya sendiri (dari Slender Man)," lanjut Maura McMahon.

Sementara korban mereka berhasil selamat sekalipun menerima luka yang mengerikan.
Akibat hal ini, Weier dijatuhi hukuman selama 25 tahun di fasilitas kesehatan mental. Sementara temannya, Geyser harus dijatuhi hukuman 40 tahun di fasilitas yang sama.

Saran :
Tidakan Weier dan Geyser adalah tindakan tidak masuk akal, mereka berdua seharusnya di rehabilitasi kejiwaannya sebelum kejadian itu terjadi. Lingkungan juga mempengaruhi akal sehat mereka, mungkin saja dilingkungannya mereka terabaikan dan menyebabkankan mereka melakukan tindakan pembunuhan yang mengatasnamakan makhluk yang bernama slenderman. Slenderman sendiri adalah makhluk fiksi untuk menakutnakuti amak - anak. Semoga kedepannya tidak ada lagi kasus atau masalah yang mengatasmakan makhluk fiksi apalagi sampai memakan korban.

Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar